Suatu ketika seorang siswa TK bernama Obet. Ia sangat senang dibidang menggambar. Suatu hari ia diberi tugas oleh gurunya untuk menngambar cita-cita mu. Ia pun bercerita pada ibunya.
"Ibu, tadi saya diberi tugas oleh bu guru." kata Obet pada Ibunya.
"Oh yaa, apa tugasnya?" tanya Ibu Obet.
lalu Obet menjawab "Menggambar cita-cita Obet nanti bu."
"Baiklah, mari ibu temani menggambar" ajak sang Ibu.
Lalu Obet pergi ke kamar bersama Ibu, ia mennggambar dengan tenang. Namun sebelumnya, ia di tanyai oleh ibunya "Obet, apa cita-cita mu nak?" Lalu Obet menjawab "Ketika besar nanti, aku ingin menjadi Astronot bu"
"Wah hebat sekali kamu nak. Ayo wujudkan cita-cita mu itu. Jangan cuma kamu ucapkan di mulut saja" Kata ibu Obet. "Ehmm... Lalu gimana bu caranya?" tanya obet.
"Tentunya kamu harus rajin belajar Obet." jawab ibunya. "Ohh jadi gitu ya bu. Baiklah, mulai saat ini Obet akan rajin belajar bu." kata Obet dengan semangat. "Sudah ayo selesaikan tugasmu dulu" ajak ibu Obet.
SELESAI
Nahh apa kesimpulan sebagian cerita tersebut? Menurut aku, kita harus mewujudkan apa yang kita omongkan. Namun tidak semuanya, kita harus bisa memilah omongan yang benar atau baik untuk kita dan untuk orang lain. Kita tidak boleh asal ngomong, apalagi saat ngomong dengan orang yang mudah sakit hati. Kita juga harus berfikir dahulu sebelum berkata-kata, apakah kata yang kita lanturkan itu bisa menjadi saluran berkat ataukah malah menjadikan orag disekitar kita jadi celaka. Jadi gunakan mulut mu sebaik-baiknya dan gunakan mulut mu seperti apa fungsi mulut mu itu. Kita tinggal pilih, berkata-kata untuk memberkati orang lain atau berkata-kata untuk mencelakakan orang lain.
0 komentar: